Juli 25, 2008

Analisis Lintasan Sinyal

Dalam mendisain sistem komunikasi digital wireless, sangat penting untuk memahami karakteristik kondisi lintasan propagasi sinyal. Rugi-rugi lintasan dapat sangat besar dikarenakan adanya pengaruh dari tinggi antena terminal yang rendah, banyaknya halangan pada kondisi lingkungan sekitar yang banyak pepohonan atau bangunan-bangunan seperti di kota besar. Oleh karena itu kondisi Line of Sight (LOS) sangat kecil atau jarang sekali kemungkinannya untuk terjadi.

Propagasi Gelombang Pada Sistem Komunikasi Radio
Macam propagasi gelombang yang dipilih dipengaruhi oleh frekuensi radio (RF) dan sistem komunikasi radio yang digunakan. Jika dilihat dari frekuensi radio yang digunakan, maka propagasi gelombang yang umum digunakan adalah sebagai berikut.
o Gelombang permukaan, merambat “relatif dekat” dengan permukaan bumi jika dibandingkan terhadap panjang gelombangnya, contohnya pada band frekuensi LF ke bawah.
o Gelombang ruang (merupakan resultante antara gelombang langsung dan gelombang pantul), merambat “relatif jauh” dengan permukaan bumi jika dibandingkan terhadap panjang gelombangnya, contohnya pada Frekuensi Radio > 1GHz, yang juga dikenal sebagai gelombang “mikro”.
o Gelombang langit (merupakan gelombang ruang yang dipancarkan ke langit), contoh pada band frekuensi HF dan pada frekuensi > 250MHz.


Propagasi Pada Gelombang Langsung
Lintasan gelombang langsung merupakan lintasan bebas pandang (Line of Sight space propagation). Hubungan antara daya pancar dan daya terima telah diturunkan oleh Friis dalam suatu fomula Friis Free Space Propagation Formula, sebagai berikut :

Sinyal informasi dipancarkan oleh antena pada stasiun radio. Pemancar ke udara berupa gelombang elektromagnetik, kemudian di stasiun radio penerima diterima oleh antena penerima. Pada pemodelan Friis semua kondisi di stasiun pemancar, stasiun penerima dan kanal radio di udara diasumsikan berada pada kondisi ideal.
Pemodelan Friis ini digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh ruang bebas terhadap propagasi gelombang. Mula-mula diasumsikan antena di stasiun pemancar dan stasiun penerima berupa antena model, antena isotropis, berupa antena titik, dimana pola radiasinya berupa bola.

Gambar Sistem Transmisi Radio Ideal, pada Model Friis Transmission

Pada model sistem transmisi radio ideal di atas, rapat daya yang diterima di antenna isotropis penerima :

Jika antena di stasiun pemancar dan stasiun penerima diganti dengan antena real, misalnya antena dipole, antena yagi atau antena lainnya. Sedangkan saluran transmisi diasumsikan lossless, dengan :
EIRP = PTX.GTx watt
maka rapat daya di antena penerima

Sedangkan receiver signal level, RSL adalah :
RSL = PD . Aeff
Dimana Aeff adalah luas efektif antena adalah :
Aeff = η . AGeometri
Dimana AGeometri adalah luas geometri dari antena, sedangkan hubungan antara gain antena dan luas efektif antena Aeff adalah sebagai berikut :

Sedangkan rasio antara RSL terhadap daya pancar PTx, adalah :

Dari persamaan di atas terlihat bahwa rasio tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh GTx dan GRx, tetapi juga oleh suatu parameter yang merupakan 1/Lfs. Jadi Lfs merupakan rugi-rugi ruang bebas yang dialami oleh pancaran gelombang elektromagnetik, yaitu :

Propagasi Pada Gelombang Pantul

a = koefisien refleksi
θ1, θ2 = sudut pantul gelombang
Dimana, harga koefisien refleksi tergantung dari polarisasi gelombang pantulnya.

Polarisasi Horizontal


Polarisasi Vertikal


Dimana :
εc = konstanta dielektrik medium
εr = permitivitas medium
σ = konduktivitas dielektrik medium
λ = panjang gelombang
θ1 = θ2 = sudut datang / pantul gelombang
ah = koefisien pantul untuk gelombang dengan polarisasi horizontal
av = koefisien pantul untuk gelombang dengan polarisasi vertikal
фh = pergeseran fasa gelombang dengan polarisasi horizontal
фv = pergeseran fasa gelombang dengan polarisasi vertikal

Apabila, tinggi relatif antara MS dan BTS sangat kecil (<<) dan jarak relatif antara BTS dan MS maksimum dengan tinggi MS sangat kecil (<<). Maka sudut datang gelombang pada bidang pantul θ1 juga sangat kecil (<<). Sehingga nilai koefisien pantul -1 (a -1).

Spectrum Clearence

Teknologi CDMA berbasiskan kapasitas yang sangat tergantung sekali dengan pengaruh interferensi, dengan kata lain bahwa kapasitas CDMA adalah interference limited (dibatasi oleh besar interferensi yang terjadi). Sedangkan spectrum clearence merupakan topik yang sangat penting dalam sistem CDMA. Spectrum clearence digunakan untuk mengetahui tingkat penggunaan spektrum untuk deployment CDMA, apakah digunakan untuk sistem yang lain. Band spektrum yang akan digunakan untuk deployment CDMA seharusnya “clear” dari penggunaan sistem lain, sehingga dapat meningkatkan kapasitas. Salah satu cara untuk mengetahui apakah band spectrum frekuensi tersebut clear dari penggunaan sistem lain maka dilakukan Drive Test langsung dengan menggunakan spectrum analyzer.
Misalnya band spectrum CDMA2000 1x ditempatkan pada spektrum frekuensi 1900 MHz, maka beberapa kanal tersebut akan ditempati oleh kanal CDMA. Hal ini dilakukan pada sel-sel di daerah core dan transition zones, terutama pada daerah core. Sel-sel di dalam transition (guard) zones dapat diidentifikasi dengan prediksi propagasi RF-nya atau pengukuran noise floor aktualnya. Spectrum Clearing dilakukan pada coverage area tergantung dari kuat sinyal transmisinya, tinggi BTS, keadaan daerah (pengaruh bangunan atau penghalang-penghalang lainnya).
Area yang perlu dilakukan “clear” harus dikontrol interferensinya terlebih dahulu, sehingga didapatkan level C/I yang diterima. Pengontrolan interferensi ini bisa dilakukan dengan penggunaan directional antenna, mengatur tinggi antena dan downtilt, pengaturan power yang tepat pada pilot dan voice kanal, atau dengan penggunaan elemen-elemen geografis (fisik) sebagai isolasi.

1.4.1 Pengukuran Background Noise
Kapasitas dan coverage dalam sistem CDMA (IS-95 dan IS-2000) merupakan fungsi dari tingkat background thermal dan man-made interference noise. Untuk kanal CDMA 1,23 MHz, background thermal noise sekitar -113 dBm. Man-made interference meliputi automobile ignition (pembakaran) noise, spurius (lancung) emission dari radio dan peralatan elektronik lainnya.
Background man-made noise berbeda-beda dari site satu ke site lainnya, tergantung dari banyaknya sumber interferensi dan kedekatannya terhadap sel. Sehingga untuk mengoptimalkan operasi setiap sel site CDMA, seperti misalnya Motorola merekomendasikan bahwa pengukuran noise floor dipertimbangkan sebagai bagian dari proses penentuan sel site sistem CDMA. Disamping itu pengukuran noise floor dapat juga digunakan untuk pengaturan parameter noise margin pada analisa link budget. Dann pengukuran noise floor juga direkomendasikan untuk digunakan dalam mengenali sumber interferensi pada in-band atau out-band, sehingga dapat dikenali sumber interferensinya dan pengaruhnya terhadap sistem CDMA untuk kemudian diambil tindakan yang tepat.


Metode Pengukuran
Interferensi adalah hal yang random di alam, dengan perubahan amplitudo dan frekuensi sepanjang waktu. Beberapa sumber interferensi adalah thermal noise, environment noise, dan noise dari sistem lainnya. Sumber out of band dapat menimbulkan interferensi melalui Intermodulasi (IM).
Untuk mengetahui besar background noise diperlukan data-data hasil pengukuran dalam suatu periode tertentu. Analisa statistik dari data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan rata-rata dan fungsi distribusi komulatif dari noise floor rise. Fungsi distribusi komulatif mengindikasikan sejumlah waktu background noise meningkat melampaui batas tertentu.

Gambaran fungsional pengetesan sistem
Test measurement calibration point (cal point) adalah pada jalur masuk feedline pada antena atau port yang tidak dipakai pada multicoupler penerima. Band pass filter digunakan untuk meredam (attenuate) sinyal-sinyal di luar band (out of band). LNA (Low Noise Amplifier) digunakan untuk memperbaiki sistem noise figure dan menyediakan gain yang cukup untuk pengukuran sinyal dengan level yang sangat rendah.
Step attenuator diantara amplifier digunakan untuk membatasi gain sistem, mengurangi intermodulasi yang didapat. Kemudian keluaran dari sistem terakhir dipisah menggunakan two way splitter. Dua keluaran yang sama dari splitter digunakan sebagai masukan untuk dua spectrum analyzer. Spectrum analyzer 1 beroperasi dalam mode manual. Spectrum analyzer ini dilengkapi dengan tracking generator yang digunakan untuk kalibrasi gain sistem. Dan digunakan juga untuk membuat polt noise floor dan memeriksa sifat interferensi yang muncul di layar. Sedangkan spectrum analyzer 2 berada di bawah kontrol komputer. Hasil pengukuran yang didapat akan disimpan ke dalam disk untuk pemrosesan selanjutnya.

Kalibrasi sistem test
Gain system test dan noise figure harus diukur sebelum pengumpulan data dimulai. Gain dan noise figure yang diukur digunakan untuk membuat pengaturan (adjustment) terhadap data yang dikumpulkan selama operasi analisis data. Gain data diukur menggunakan generator tracking yang disediakan pada spectrum analyzer 1. Noise figure sistem ditentukan dengan mengukur noise floor terlebih dahulu menggunakan calibration point (input) yang diterminasi dengan 50 ohm, kemudian dilakukan pengukuran noise floor dengan calibration point yang dihubungkan dengan sumber noise yang terkalibrasi. Sehingga noise figure akan dihitung dengan rumus :

Dimana :
ENR : equivalent noise ratio dari sumber noise terkalibasi (linear ratio)
Pon : pengukuran noise floor dengan sumber noise dihubungkan ke input sistem (Watt)
Poff : pengukuran noise floor input sistem diterminasi dengan 50 ohm (Watt)
NF : noise figure sistem (dB)

Prosedur Test
Jika sistem CDMA telah dideploy dalam area dimana teknologi yang lain telah ada, ada dua metode dianjurkan. Pertama adalah melakukan “clear” semua co-channel dari sistem lain dalam band sistem CDMA. Kemungkinan kedua adalah hanya melakukan “clear” co-channel dari sel-sel yag dekat dengan sel CDMA. Sebelum pengetesan noise floor dimulai maka harus diselesaikan co-channel clearing terlebih dahulu. Karena co-channel didalam band CDMA akan muncul sebagai interferensi dalam data yang dikumpulkan.
Setelah clearing spectrum dilakukan, tes pendahuluan dilakukan tanpa menggunaan filter untuk mengidentifikasi channel-channel yang unclear, sinyal-sinyal out-of band dan spurious emission. Pengetesan ini lebih baik dilakukan pada jam sibuk dengan arah forward atau reverse, hasil pengetesan yang sudah diperoleh harus dicatat untuk dijadikan data dalam perencanaan nantinya.
Plot sistem band downlink untuk mengidentifikasi kemungkinan uncleared co-channel, sumber eksternal pada interferensi downlink, dan untuk memverifikasi isolasi Tx-Rx dengan co-located sel site lainnya.
Plot band uplink untuk mengidentifikasi receive isolation dengan co-located sel site lainnya dan untuk mengidentifikasi kemungkinan sumber-sumber interferensi pada uplink. Periksa plot dari sistem frekuensi sistem yang berdekatan (adjacent) untuk out-of band atau spurious emission dari sistem-sistem lain dalam band-band berdekatan.2

Analisa data
Analisa data berupa analisa statistikal dari data-data yang dikumpulkan melalui proses pengukuran gain sistem, noise figure dan bandwidth berguna untuk memberikan penilaian dari pengaruh background interference terhadap performansi CDMA pada setiap sel site-nya. Dengan dilakukan plot data-data tadi maka dapat ditunjukkan besar amplitudo dan frekuensi penginterferensi sebagai fungsi waktu sehingga dapat membantu untuk mengidentifikasi sumber penginterferensinya. Dari data itu maka bisa dilakukan sebuah tindakan atau metode untuk mengurangi interferensi tersebut.

Standar untuk W-LAN

Wireless LAN dikembangkan oleh para pionir akar rumput pada tahun 1985 ketika regulator telekomunikasi Amerika Serikat, FCC, mengizinkan “sekerat” radio/frekuency spectrum untuk keperluan eksperimental. Berbagai penelitian dilakukan di laboratorium utama untuk membangun jaringan nirkabel yang menghubungkan berbagai macam peralatan dari komputer, mesin kas register, dan lain-lain.
Tahun 1997 lahir standar pertama, yang masih prematur dan dikenal dengan IEEE 802.11b atau disebut sebagai wireless fidelity (Wi-Fi). Standar untuk W-LAN ini beroperasi pada spektrum frekuensi 2,4 GHz. Karena pola operasinya terbatas pada spot tertentu, maka layanan ini mempunyai sebutan popular, “hot spot”.
W-LAN bukanlah mobile, tetapi dikembangkan untuk mendukung pengguna stasioner didalam sebuah area yang kecil (small reach), yaitu hanya beberapa ratus meter jaraknya dari centric access point, ini juga merupakan unsur inti pada setiap W-LAN. Akan tetapi W-LAN dapat juga mendukung para pemakai mobile, dengan melakukan akses didaerah-daerah tertentu atau disebut dengan hot spot. Walaupun hot spot masih ditemukan hanya pada tempat dengan konsentrasi pemakaian tinggi, seperti hall/aula konferensi, ruang bersantai pelabuhan udara, hotel atau café. Namun hal ini justru memudahkan para professional yang membutuhkan dukungan konektifitas akses internet selagi tengah berada di luar kantor. Mereka yang tidak berada dalam jangkauan jaringan (wired maupun wireless intranet), boleh menghubungkan ke internet via publik W-LAN dan memanfaatkan kecepatan data yang tinggi.
Satu akses point bisa menangani banyak client dengan beberapa aplikasi. Akses point mempunyai jarak yang terbatas, yaitu 500 feet (150 m) dalam ruangan dan 1000 feet (300 m) di luar ruangan. Pada tempat yang luas dibutuhkan lebih dari satu akses point. Posisi akses point disesuaikan dengan lokasi, artinya melingkupi semua area dalam lokasi yang diinginkan, sehingga hubungan client dengan jaringan tidak akan terputus. Kemampuan jaringan untuk bergerak dari cakupan akses point satu ke lainnya disebut roaming. Ketika terjadi roaming, level daya pancar akan berubah dan kualitas sinyal juga akan berbeda. Akan tetapi, semakin baik performansi jaringan maka semua akibat dari psoses perpindahan itu tidak akan dirasakan oleh client.

Teknologi Wireless Data
Kehadiran teknologi wireless ditengah perkembangan teknologi komunikasi mendapat perrhatian besar dari para operator di dunia. Pada mulanya teknologi ini hanya bersifat elementer disamping jaringan tembaga, tetapi karakteristik wireless yang fleksibel menjadikannya sebagai salah satu teknologi utama yang diaplikasikan dalam jaringan telekomunikasi. Kondisi ini menciptakan peluang besar bagi para vendor dan supplier untuk membangun industri wireless secara besar-besaran.
Penggunaan wireless LAN tidak mengurangi keuntungan yang kita peroleh dari aplikasi LAN dengan kabel. Konektifitas tidak mempengaruhi pemasangan. “Lokal Area” tidak lagi diukur dalam satuan kaki/meter tetapi mil/kilometer. Infrastruktur tidak lagi harus ditanam dibawah tanah atau tersembunyi dibalik dinding. Infrastrukturnya kini bisa berpindah dan berubah sesuai kecepatan pertumbuhan organisasi / perusahaan.

Standar Wireless LAN
Ketentuan-ketentuan mengenai LAN mempunyai standar yang telah diatur oleh IEEE 802. Dimana berdasarkan tingkatan OSI terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya IEEE 802.11 yang mengatur tentang Wireless LAN. Dalam perkembangannya standar IEEE 802.11 berkembang menjadi IEEE 802.11a, IEEE 802.11b, IEEE 802.11g. Masing-masing standar tersebut menggunakan aturan-aturan yang berbeda meskipun tidak terlalu mencolok. Kebanyakan produk dari wireless LAN menggunakan standar IEEE 802.11b.

Band Frekuensi
Standar IEEE 802.11b beroperasi pada band frekuensi 2,4 GHz ISM (industri science dan medical), yang mampu menyediakan 83 MHz spektrum dari semua traffic wireless yang ada. Pada standar IEEE 802.11b, karena beroperasi pada ISM band yang juga digunakan oleh banyak perangkat, maka akan mudah diganggu oleh peralatan yang bekerja pada frekuensi ISM, antara lain telepon dan microwave oven.

Data rate dan jangkauan
Standar IEEE 802.11a memiliki data rate maksimum 54 Mbps yang secara substansial dibandingkan dengan 11 Mbps pada IEEE 802.11b. Untuk komunikasi jarak jauh, kecepatan access p[oint pada kedua standar akan menurun. Untuk data yang disalurkan optimal dan jangkauan yang maksimum, IEEE 802.11b memiiliki skala rate pada 1; 2; 5.5; dan 11 Mbps.

Modulasi
Standar IEEE 802.11b menggunakan DS-SS (direct sequence spread spectrum) dimana skema enkodingnya menggunakan 3 non overlapping cahnnel.


Secara umum sistem LAN nirkabel ini mempunyai dua konfigurasi, yaitu :
• Konfigurasi Ad-hoc
• Konfigurasi infrastruktur (client – server)

Konfigurasi Wireless LAN

Gambar Konfigurasi hotspot Wireless Lan berbasis non seluler

Sistem PHS (Personal Handy-Phone System)

Personal Handy-Phone System (PHS) adalah salah satu standar komunikasi cordless digital yang termasuk sistem komunikasi PCS (Personal Communication System) dengan menggunakan teknologi wireless. PHS didesain untuk menyediakan layanan voice dan multimedia baik untuk indoor maupun outdoor. Konfigurasi jaringan PHS termasuk konfigurasi mikrosel dengan diameter 100m sampai dengan 500m dan menngunakan re-use frequency agar pemakaian bandwidth menjadi lebih hemat. Daya pancar pada sistem ini termasuk rendah dengan ukuran handset relatif lebih kecil dan hemat daya (100 jam stand by dan 4 jam waktu bicara). Sistem yang digunakan untuk PHS dapat melakukan interworking dengan PSTN, ISDN, dan teknologi mobile lainnya.
PHS memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Band frekuensi : 1895,150 – 1917,950 MHz
Carrier spacing : 300 kHz
Metode akses : TDMA-TDD
Jumlah time slot /RF : 4 time slot tiap RF
Modulasi : π/4 QPSK
Transmission rate : 384 kbps
Speech coder : 32 kbps / ADPCM
Output power (CS) : 10 mW – 500 mW
Output power (PS) : 10 mW or less

Konsep PHS (Personal Handy-Phone System)
• Hubungan komunikasi kepada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.
• Pocket-sized portable terminal
• Dapat digunakan didalam rumah, kantor ataupun diluar (outdoor).
• Kapasitas tinggi
• Kualitas suara tinggi
• ISDN compatibility
• Low cost portable terminals and changes
• Memiliki service multimedia

Aplikasi Layanan pada PHS :
• Layanan Dasar
-Public Mode
-Using signal repeater (public mode)
-PBX mode
-Home cordless mode
-Transceiver mode
• Layanan tambahan
-Call forwarding
-Voice message services
-Call transfer
-Call waiting
-Three party
-Calling line identification
-DTMF sending
• Layanan lain-lain
-Berdasarkan fasilitas dari handset user atau PS (Personal Station)

Konfigurasi Sistem PHS

Gambar Konfigurasi sistem PHS

Teknologi Akses Radio PHS :
-Satu standar air interface untuk seluruh aplikasi (public, office, and home)
-Kapasitas tinggi dan menggunakan frekuensi 1,9 GHz dengan bentuk mikrosel
-Dynamic Channel Allocation (DCA)
.seluruh kanal yang dialokasikan dapat digunakan dalam setiap cell
.dimungkinkan penggunaan kanal yang sama (frekuensi dan time slot) untuk panggilan yang berbeda pada cell yang berdekatan
.performansi sistem lebih baik dibandingkan dengan fixed channel allocation (traffic capacities)
.keputusan untuk pemilihan kanal ditangani oleh handheld dan the base station control logic
-Compact PS dan CS dengan output power kecil

Konsep Kanal PHS
• Physical Channel :
a. Satu time slot frame TDMA merupakan satu kanal fisik.
b. Dalam 1 carrier RF terdapat 4 kanal fisik (ch 0 – 3)
• Logical Channel :
a. Tergantung dari jenis informasi yang ditransmisikan antara CS dan PS
b. Jenis informasinya adalah user data dan control signalling
c. Kanal logic ditumpangkan pada kanal fisik

Blok Diagram CS

Gambar Blok Diagram CS (Cell Station)

Dilihat dari besar daya pancar, CS dibagi menjadi tiga macam :
o CS 20 mW : mempunyai radius daya pancaran sampai dengan 100 m
o CS 200 mW : mempunyai radius daya pancaran sampai dengan 300 m
o CS 500 mW : mempunyai radius daya pancaran sampai dengan 500 m

Blok Diagram PS

Gambar Blok Diagram PS (Personal Station)

Sistem DECT (Digital Enhanced Cordless Telecommunication)

DECT adalah sebuah standar teknologi akses radio yang dikembangkan dengan tujuan untuk menciptakan sebuah sistem yang dapat menyediakan akses ke dalam berbagai jaringan telekomunikasi. Standar tersebut adalah standar antarmuka udara yang menunjang interoperabilitas antar perangkat dari berbagai pabrik. DECT merupakan teknologi akses radio yang umum digunakan untuk telekomunikasi dengan jarak atau daerah cakupan yang pendek antara 10 m sampai 5 km dengan kapasitas yang tinggi tergantung dari aplikasi, konfigurasi dan lingkungannya. DECT dapat diadaptasi untuk berbagai aplikasi cordless seperti komunikasi bergerak terbatas, WLL, Cordless PBX dan lain-lain. Sistem DECT dapat diimplementasikan dari sistem dengan single cell multi user hingga multi cell multi user. Sebagai single cell multi user yaitu aplikasi untuk daerah residensial, sedangkan multi cell multi user aplikasinya untuk bisnis, publik, dan local loop. Standar DECT ditetapkan oleh ETSI, badan standar telekomunikasi Eropa yang juga menetapkan standar ISDN di Eropa. Standar ini memiliki beberapa kelebihan baik di pihak operator maupun pada end user, antara lain dapat dengan mudah untuk diperluas sesuai dengan bertambahnya jumlah user, tidak memerlukan perencanaan frekuensi, mampu melayani daerah dengan kepadatan tinggi, sekitar 10000 user per km2, teknologi alternatif yang ekonomis untuk instalasi pada jaringan local loop, mobilitas panggilan dimana user dapat bergerak pada coverage area dan dapat mengadakan atau menerima panggilan, proteksi terhadap penggunaan ilegal (terdapat prosedur autentifikasi), kualitas suara yang baik.
DECT memiliki spesifikasi seperti di bawah ini :

Frekuensi : 1880 – 1900 MHz
Jumlah frekuensi pembawa : 10
Lebar pita per kanal RF : 1,728 MHz
Modulasi : GFSK
Metode Akses : MC-TDMA, 12 duplex slots/frame
Panjang frame : 10 milisec
Pengkodean suara : 32 kbps ADPCM
Basic duplexing : TDD (Time Division Duplex) dengan 2 slot pada RF carrier yang sama
Laju bit total : 1152 kbps
Laju bit per kanal bicara : 32 kbps B-field (trafik)
6,4 kbps A-field (control/signalling)
Daya pancar maksimum : 250 mWatt

Untuk layanan suara, DECT menggunakan teknik pengkodean Adaptive Diffential Pulse Code Modulation dengan laju bit 32 kbps. ADPCM mampu menekan laju bit tarnsmisi menjadi setengah dari laju bit transmisi sistem PCM dengan memodulasi selisih antara dua sinyal sampel sinyal PCM dengan jumlah bit yang lebih sedikit. Untuk layanan data seperti ISDN, sistem DECT akan berperan sebagai stasiun relay yang meneruskan informasi dari perangkat pelanggan ke sentral lokal dengan laju bit transmisi yang beragam.

DECT RLL merupakan keseluruhan segmen dari jaringan PTO (Public Telecommunication Operator) antara sentral lokal dengan NTP (Network Termination Point) di sisi pelanggan yang memberikan layanan dengan menggunakan media radio dengan standar DECT sebagai interface udaranya.
Secara logika, setiap sistem DECT dibangun oleh dua komponen, Fixed Part (FP) dan Portable Part (PP). Fixed Part terdiri dari satu atau lebih Radio Fixed Part (RFP), controller, dan perangkat pendukung lainnya. Portable Part (PP) adalah pelanggan yang dapat berbentuk terminal/handset DECT atau sebuah Cordless Terminal Adapter (CTA) yang disambungkan dengan terminal non-DECT, misalnya terminal ISDN atau pesawat telepon.

Gambar Konfigurasi jaringan WLL DECT
Salah satu ciri khas sistem DECT adalah tidak adanya bagian dari sistem yang menjalankan fungsi-fungsi switching. Fungsi-fungsi switching, routing serta charging dan billing dilakukan oleh sentral lokal atau Local Exchange. Standar DECT memungkinkan antarmuka udara diakses oleh berbagai perangkat dari manufaktur yang berbeda. Berikut ini adalah fungsi dari masing-masing perangkat pada gambar di atas:
• Local Exchange (LE) : menjalankan fungsi-fungsi switching, routing serta mengolah data-data pelanggan termasuk didalamnya charging dan billing.
• Controller : selain berfungsi untuk mengendalikan RFP, juga berfungsi sebagai penghubung antara Jarlokar dengan LE dan sebagai antarmuka dengan terminal OA&M.
• Radio Fixed Part : berfungsi sebagai base station. RFP memiliki kemampuan untuk menerima dan memancarkan sinyal informasi dan signalling dari dan ke CTA disamping mempertahankan hubungan radio.
• Cordless Terminal Adapter : memiliki kemampuan untuk mengakses antarmuka udara DECT dan dapat mendukung layanan ISDN.

Interface pada DECT :
-Interface antara LE dengan FP (I/F1), menghubungkan jaringan akses DECT dengan jaringan telepon publik (PSTN). Interface ini digunakan untuk membawa informasi antara controller dengan LE berdasarkan layanan yang diakses oleh pengguna RLL. Interface yang digunakan pada I/F1 yaitu dapat berupa saluran analog atau saluran digital 2Mbps misalnya V.5.1 atau V.5.2.
-Radio Interface (I/F3), interface udara yang digunakan untuk menghubungkan CTA dengan FP menggunakan standar DECT, dan disinilah dapat ditunjukkan karakteristik utama lapisan fisik dari sistem DECT. Interface ini digunakan untuk membawa informasi yang berhubungan dengan call control, manajemen radio resource, manajemen mobilitas, pesan OA&M.
-Interface antara CTA dengan terminal (I/F4), digunakan untuk membawa informasi sehingga dapat diakses sesuai dengan layanan yang digunakan. Menggunakan saluran analog 2 kawat pada frekuensi suara (voice).
-Interface OA&M, digunakan untuk membawa informasi yang berhubungan dengan konfiigurasi, unjuk kerja, dan manajemen sistem RLL. Untuk menghubungkan OA&M dengan FP menggunakan koneksi TCP/IP dengan V.24.

Kapasitas Sistem CDMA2000 1x

Kapasitas didefinisikan sebagai jumlah user yang bisa ditampung oleh sebuah cell site dengan harga QoS/GOS yang memadai. Kapasitas dalam sistem CDMA2000 1x akan sangat tergantung pada interferensi dalam sistem itu sendiri. Penambahan jumlah user dalam sistem juga akan menambah level interferensi dalam sistem. Setiap penambahan kapasitas atau bertambahnya interferensi akan menurunkan kualitas sinyal suara dalam batas tertentu. Sehingga bila kapasitas ditingkatkan maka akan berpengaruh pada kualitas sinyal suara, jadi perlu diatur agar kualitas tetap tinggi tanpa banyak mengurangi kapasitas. Dengan demikian terdapat trade off antara kualitas dan kapasitas yang diakses. Fenomena ini disebut dengan soft capacity. Soft capacity merupakan hal yang menguntungkan terutama untuk menghindari dropp call pada saat terjadi handoff.
Sistem CDMA menggunakan Universal Frequency Reuse, artinya bandwidth di share untuk semua sel sedangkan transmisinya akan dibedakan dengan suatu spreading sequence yang unik, dan dalam perencanaannya harus dipikirkan pula mengenai Multiple Access Inteference (MAI) yang berasal dari user dari sel-sel didekatnya. Teknik mengurangi multiple access interference dijabarkan sebagai gain kapasitas.

Beberapa parameter yang mempengaruhi kapasitas adalah sebagai berikut :
• Voice Activity
Sejak sistem CDMA menggunakan speech coding, maka MAI dapat dikurangi dengan deteksi voice activity sepanjang variable speech transmission. Teknik ini akan mengurangi rate dari speech coder saat periode silent/diam yang dideteksi dalam speech waveform. Voice activity juga menjadi keuntungan bagi sistem multiple access lainnya.
Normalnya, jika kita sedang melakukan percakapan di telepon, maka dalam suatu saat hanya ada satu orang saja yang berbicara. Fenomena ini dapat dimonitor pada sistem seluler. Oleh karena itu pada saat periode diam, power dapat dikurangi. Sehingga daya dapat dihemat dan pengaruh terhadap interferensi juga sedikit. Dengan begitu kapasitas sistem bisa dimaksimalkan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, ternyata vioce activity sekitar 3/8 atau 25% saja dari percakapan yang dilakukan. Secara teori, voice activity dapat dimasukkan dalam persamaan Eb/No, yaitu sebagai berikut :

Dengan estimasi voice activity 3/8, maka akan dapat menaikkan kapasitas sebesar 8/3 kalinya.
• Sectored Cells
Sel sectoring juga merupakan metode yang cukup efektif untuk mengurangi MAI, karena setiap sektor menggunakan antena directional. Sektorisasi pada antena adalah pengarahan daya pancar antena BTS pada arah tertentu. Pengarahan antena ini bergantung dari kebutuhan. Sektorisasi dilakukan berdasarkan kepadatan trafik. Biasanya sektorisasi 60° dan 120°, untuk sektorisasi 60° maka pengarahan antena menuju enam arah dan sektorisasi 120° menuju tiga arah.
Macam-macam konfigurasi sel :
o Omni directional
o Sectoring 60°
o Sectoring 120°


Omnidirectional adalah pemancaran sinyal ke segala arah oleh sebuah BTS pada suatu sel.
Kelebihan : mudah diplikasikan
Kekurangan : kemungkinan terjadi interferensi lebih besar

Sektorisasi

60°: suatu daerah cakupan sel dibagi menjadi 6 daerah yang sama besar.
Kelebihan: kemungkinan interferensi kecil
Kekurangan: delay propagasi paling besar

120°: suatu daerah cakupan sel dibagi menjadi 3 daerah yang sama besar.
Kelebihan: delay propagasi lebih kecil
Kekurangan: interferensi lebih mungkin terjadi

• Handoff
Air interface pada sistem CDMA2000 1x menyediakan kemampuan untuk handoff baik untuk voice service mapun data service, dan juga untuk service yang di-handle oleh sistem IS-95 ke sistem IS-2000 ataupun sebaliknya dari IS-2000 ke sistem IS-95. Handoff adalah suatu peristiwa perpindahan kanal yang digunakan MS tanpa terjadinya pemutusan hubungan dan tanpa melalui campur tangan dari pemakai. Peristiwa handoff terjadi karena pergerakan MS keluar dari cakupan sel asal dan masuk cakupan sel baru.
Terdapat tiga macam handoff yang diterapkan pada sistem berbasis CDMA2000 1x:
1. Soft Handoff
Merupakan handoff yang terjadi antar sel dengan frekuensi pembawa yang sama, dimana MS memulai komunikasi dan membentuk hubungan dengan BTS yang baru terlebih dahulu sebelum memutuskan hubungan dengan BTS asal. Hubungan akan diputuskan jika proses penyambungan dengan BTS yang baru telah mantap untuk menghindari drop call. Metode pembentukan hubungan (kanal) baru terlebih dahulu sebelum memutus hubungan (kanal) lama ini dikenal dengan istilah make before break.
2. Softer Handoff
Handoff yang terjadi antar sektor dalam satu sel dengan frekuensi pembawa dan BTS ayang sama. Handoff ini juga berbasis pada metode make before break.
3. Hard Handoff
Tipe ini menggunakan metode break before make yang berarti harus terjadi pemutusan huubungan dengan kanal trafik lama sebelum terjadi hubungan baru. Hard handoff terjadi pada sistem dual mode dimana sistem akses radio CDMA2000 1x diopersasikan bersama-sama dengan sistem akses radio lainnya seperti CDMA IS-95 atau AMPS. Selain itu juga antara sektor atau sel dengan frekuensi pembawa yang berbeda.

Kontrol daya pada CDMA2000 1x

Pada sistem CDMA, karena semua user menggunakan bandwidth dan waktu yang sama, maka terjadi interferensi antar user. Besarnya interferensi dari seorang user dibanding dengan level daya terima pada BTS dari user tersebut, sehingga bagi user yang lebih dekat ke BTS memberikan kontribusi interferensi yang lebih besar bagi user lainnya, akibatnya bagi user yang paling jauh dari BTS akan menerima interferensi paling besar. Masalah ini disebut dengan near-far problem. Untuk mengatasi near-far problem ini dilakukan kontrol daya, yakni pengendalian level daya pancar MS oleh BTS untuk semua MS yang berbeda-beda jauhnya dari BTS sedemikian rupa, sehingga level daya yang diterima pada BS sama besar baik yang berasal dari MS yang lebih jauh maupun yang lebih dekat ke BTS.
Kontrol daya pada CDMA2000 1x mempunyai bit rate 800 bps dan disebut kontrol daya cepat arah maju (fast forward link power control) untuk alokasi kontrol daya ke kanal trafik forward yang berbeda.

Sistem CDMA2000 1x

Definisi Teknik Multiple Access
Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik multiple access yang banyak diaplikasikan untuk seluler maupun fixed wireless. Konsep dasar dari teknik multiple access yaitu memungkinkan suatu titik dapat diakses oleh beberapa titik yang saling berjauhan dengan tidak saling mengganggu. Teknik multiple access mempunyai arti bagaimana suatu spektrum radio dibagi menjadi kanal-kanal dan bagaimana kanal-kanal tersebut dialokasikan untuk pelanggan sebanyak-banyaknya dalam satu sistem.
CDMA merupakan teknologi multiple access yang membedakan satu pengguna dengan pengguna lainnya menggunakan kode-kode khusus dalam lebar pita frekuensi yang ditentukan. Sistem CDMA merupakan pengembangan dari dua sistem multiple access sebelumnya. CDMA memiliki konsep multiple access yang berbeda dengan Time Division Multiple Access (TDMA) dan Frequency Division Multiple Access (FDMA) karena sistem ini memanfaatkan kode-kode digital yang spesifik untuk membedakan satu pengguna dengan pengguna lainnya.
CDMA memiliki beberapa keunggulan dibandingkan teknik multiple access lainnya, yaitu :
1. Memiliki pengaruh interferensi yang kecil antara sinyal yang satu dengan yang lainnya.
2. Memiliki tingkat kerahasiaan yang tinggi dimana hal ini berkaitan dengan proses acak pada teknik ini.

Konsep Dasar Sistem Spektral Tersebar
Code Division Multiple Access adalah teknik akses jamak yang didasarkan pada sistem komunikasi spektral tersebar, dimana masing-masing pengguna diberikan suatu kode tertentu yang akan membedakan satu pengguna dengan pengguna lainnya. Mulanya sistem ini dikembangkan pada kalangan militer karena kehandalannya dalam melawan derau yang tinggi, sifat anti jamming, dan kerahasiaan data yang tinggi.

Definisi Sistem Spektral Tersebar
Secara definitif, sistem komunikasi spektral tersebar merupakan suatu teknik modulasi dimana pengirim sinyal menduduki lebar pita frekuensi yang jauh lebih besar dari pada spektrum minimal yang dibutuhkan untuk menyalurkan suatu informasi. Konsep ini didasarkan pada teori C.E Shannon untuk kapasitas saluran, yaitu :
C = W log2 (1 + S/N)
Dimana : C = kapasitas kanal transmisi (bps)
W = lebar pita frekuensi transmisi (Hz)
N = daya derau (Watt)
S = daya sinyal (Watt)
Dari teori diatas terlihat bahwa untuk menyalurkan informasi yang lebih besar pada saluran ber-noise dapat ditempuh dengan dua cara yaitu :
1. Dengan cara konvensional, dimana W kecil dan S/N besar.
2. Cara penyebaran spektrum, dimana W besar dan S/N kecil.
Pada sistem spektral tersebar sinyal informasi disebar pada pita frekuensi yang jauh lebih lebar dari pada lebar pita informasinya. Penyebaran ini dilakukan oleh suatu fungsi penebar yang bebas terhadap sinyal informasinya berupa sinyal acak semu (psedorandom) yang memiliki karakteristik spektral mirip derau (noise), disebut pseudorandom noise (PN code).
Ada beberapa teknik modulasi yang dapat digunakan untuk menghasilkan spektrum sinyal tersebar antara lain Direct Sequence Spread Spectrum (DS-SS) dimana sinyal pembawa informasi dikalikan secara langsung dengan sinyal penyebar yang berkecepatan tinggi, Frequency Hopping Spred Spectrum (FH-SS) dimana frekuensi pembawa sinyal informasi berubah-ubah sesuai dengan deretan kode yang diberikan dan akan konstan selama periode tertentu yang disebut T (periode chip). Time Hopping Spread Spectrum (TH-SS) dimana sinyal pembawa informasi tidak dikirimkan secara kontinu tetapi dikirimkan dalam bentuk short burst yang lamanya burst tergantung dari sinyal pengkodeannya, dan hybrid modulation yang merupakan gabungan dari dua atau lebih teknik modulasi di atas yang bertujuan untuk menggabungkan keunggulan masing-masing teknik. Teknik modulasi yang paling banyak dipakai saat ini, termasuk pada sistem CDMA2000 1x, adalah Direct Sequence Spread Spectrrum (DS-SS) karena realisasinya lebih sederhana dibandingkan teknik modulasi lainnya.
Pada DS-SS, sinyal pembawa didemodulasi secara langsung oleh data terkode yang merupakan deretan data yang telah dikodekan dengan deretan kode berkecepatan tinggi yang dibangkitkan oleh suatu Pseudo Random Generator (PRG) dan memiliki karakteristik random semu karena dapat diprediksi dan bersifat periodik. Sinyal yang telah tersebar ini kemudian dimodulasi dengan menggunakan teknik modulasi BPSK, QPSK, atau MSK. Pada sistem CDMA2000 1x digunakan teknik modulasi QPSK.

Gambar Blok pemancar DS-SS

Sedangkan pada sisi penerima, DS-SS terdiri dai tiga bagian utama yaitu demodulator, despreader dan blok sinkronisasi deret kode.

Gambar Blok Penerima DS-SS

Ketika sinkronisasi deret kode telah tercapai antara pengirim dan penerima (akuisisi dan code trackling loop telah berjalan sempurna), maka dilakukan proses despreading sinyal DS-SS. Dan dengan asumsi bahwa beda fasa pada frekuensi pembawa lokal antara pengirim dan penerima dapat dihilangkan dengan carrier recovery maka sinyal informasi yang sebenarnya akan dapat diperoleh kembali.

Juli 24, 2008

Podjok Telco: Transmisi E1

Podjok Telco: Transmisi E1

Podjok Telco: VSWR

Podjok Telco: VSWR

Installing The GPS antena Feeder

Installing Monitoring Sistem

Installing external cable of cabinet

Juli 23, 2008

Installing internal cable of cabinet

Installing Cabinet

Tutorial MapInfo - Workspace dan Query

Pendahuluan

Workspace adalah ruang kerja untuk melakukan pemanipulasiaan terhadap gambar peta dengan datanya, hal ini diaplikasikan dalam bentuk suatu file yang dikenal yang telah dibahas pada bab V (bentuk file table). Untuk bekerja pada file yang dimaksud, maka harus menjalankan software SIG (MapInfo) seperti pada gambar berikut :

Selanjutnya diarahkan ke posisi Open a Workspace, jika seandainya telah tersimpan sebelumnya suatu peta dan data dalam directory. Atau dapat diarahkan pada Open a Table untuk memilih-milih layer-layer apa saja yang dibutuhkan untuk ditampilkan.

Pengertian Tabel

Untuk bekerja pada MapInfo umumnya harus dimulai dengan membuka tabel. Table-tabel ini berisi unformasi yang telah disiapkan sebelumnya. Tabel yang memeiliki objek grafis dapat ditampilkan pada Window. Window-window tersebut adalah tampilan window peta tampilan window browser, dan tampilan window grafik.

Jika tabel yang dibuka tidak memiliki objek grafis, maka tampilan yang akan terlihat hanya berupa window browser. Untuk memasukkannya ke dalam window peta digunakan proses digitasi untuk selanjutnya di Geocode.

Walaupun tabel pada MapInfo terdiri atas dua atau lebih komponen file (status.tab, status.dat, status.ma , dll.), hanya file *.tab saja yang akan dimunculkan pada box File Name dari Open Table Dialog.

MapInfo memberikan pengontrolan tampilan tabel, dengan menggunakan Preffered View list Box pada Tabel Open Dialog, sehingga dapat ditampilkan spesifikasi yang dibutuhkan seperti berikut :

· Automatic : MapInfo memilih tampilan yang paling efektif. Jika data dalam bentuk peta (seperti objek grafik yang dilampirkan pada data) contoh MapInfo membuka Table pada Map Window. Jika Map Window telah ditampilkan dan Table yang akan ditampilkan telah dipetakan, MapInfor secara otomatis akan membuka table pada MapInfo yang dimaksud. Jika data tidak dalam bentuk peta, MapInfo akan mencoba membuka table pada browser window . Jika table tidak dapat dipetakan dan dibrowser, MapInfo akan membuka tabel dengan menggunakan No View Option.

· Browser : MapInfo akan membuka table pada browser window tersebut.

· Current Mapper : MapInfo menambahkan data pada current map window tersebut.

· New Mapper : MapInfo membuka table menggunakan new Map windows.

· No View : MapInfo embuka table, tapi tidak ada data yang ditampilkan.

Dapat dilihat pada gambar berikut :

Tanpa memperhatikan bentuk data, dari lima referensi pilihan tampilan hanya Automatic dan No View akan bekerja pada table. MapInfo akan membuka table menurut spesifikasi melalui browser, Current mapper, dan New Mapper. Jika tidak, table akan dibuka menurut aturan berikut :

· Jika Current Mapper dipilih, dan tidak ada Map Window yang ditampilkan, MapInfo akan mencoba membuka table melalui new Map window

· Jika Current Mapper atau New Mapper dipilih dan data tidak berbentuk peta, MapInfo akan mencoba membuka table melalui Browser Window.

· Jika table tidak dapat dipetakan atau dibrowser, MapInfo akan membuka table menggunakan No View Option.


Menampilkan Informasi Data

Untuk menampilkan suatu informasi tentang lokasi pada peta kerja nantinya, maka dapat menggunakan tombol info pada papan tombol utama, yang dapat dengan mudah menampilkan informasi yang dibutuhkan. Klik Info pada papan tombol utama, pindahkan kursor pada titik atau daerah yang dikehendaki pada peta kerja, sesaat kemudian akan tampil pada layar bawah informasi yang tersedia. Jika dilakukan klik lokasi yang memiliki lebih dari satu tabel, pada jendela info akan terdapat urutan tabel yang tersedia. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dari peta tabel tersebut, maka dilakukan klik pada nama tabel yang dipilih dan seluruh data pada tabel yang dimaksud akan segera ditampilkan.

Menutup Tabel

Untuk menutup tabel-tabel yang sedang aktif, pilih perintah tutup (Close) pada menu file. Tersedi pula dua pilihan perintah tutup, yaitu menutup seluruh tabel kerja klik perintah Close All. Layar akan bersih kembali dan siap untuk membuat peta kerja yang baru. Perintah Close Table , yang digunakan pada saat ditutup satu tabel yang sedang aktif dan tetap bekerja pada peta kerja semula.

Perintah tutup tabel ini berbeda dengan perintah tutup window. Dengan menutup window sebuah tabel tidak berarti menutup sebuah tabel. Tabel tetap disimpan pada peta kerja (directory) yang sewaktu-waktu dapat dipanggil kembali. Menutup tabel berarti menutup tabel dari peta kerja dan tidak diikut sertakan dalam susunan tabel kerja sementara.

Mencetak

Pada saat dianggap perlu mencetak hasil yang telah dikerjakan, perintah print pada menu file segera mencetak tayangan yang diinginkan. Gunakan Print Setup untuk mengubah tata letak dan kualitas hasil kerja.

Query

Query adalah kata lain untuk pertanyaan. Dalam pengertian seleksi, dapat dimiliki tabel informasi dan menanyakan MapInfo untuk memilih susunan data dari tabel tersebut, berikut contohnya :

· Operator dapat mengetahui nama-nama kota yang ada di Indonesia
· Opearator dapat mengetahui nama-nama Kodya dan lokasinya
· Operator dapat mengetahui seluruh nama-nama kota yang ada di Propinsi tertentu di Indonesia
· Dan informasi yang lainya.

Perintah Select

Perintah Select memberi kesempatan untuk mengubah susunan sebuah tabel. Select juga memberi kesempatan untuk memilih data serta objek-objek dari tabel berdasarkan atributnya. Kemudian dapat digunakan untuk memilih objek yang berada di window peta kerja atau window browser yang memnuhi kriteri tertentu (query). Juga dapat dibuat tabel baru yang dapat dilihat-lihat, peta atau grafik seperti tabel lainnya.

Contohnya dengan merumuskan pertanyaan dalam dialog Select, dapat digunakan perintah dalam MapInfo untuk :

· Mencari informasi tentang kota mana saja yang termasuk dalam Class 1
· Mencari Informasi data-data kelurahan, kecamatan, kabupaten dan lain-lain
· Ingin diketahui nama-nama seluruh kecamatan yang ada di salah satu kabupaten.

Apabila bekerja dengan menggunakan window browser , MapInfo menyorot data-data yang memenuhi kriteria yang telah dipilih. Apabila diguakan window peta kerja, objek grafis dari data yang dipilih akan disorot.

Jiak digunakan keduanya, objek grafis dan data dalam window tabel browser tersebut akan disorot. Di setiap kasus, MapInfo secara otomatis membuat tabel sementara yang disebut selection yang berisi hasil dari pertanyaan tersebut.

Juga dapat melihat-lihat, emmbuat peta atau membuat grafik dari tabel tersebut seperti halnya dengan tabel-tabel lain. Tabel tersebut juag dapat disimpan sebagai tabel yang terpisah dengan menggunakan Save Copy As.

· Untuk melaksanakan Select Query, harus dibuat suatu pertanyaan. Expression adalah suatu pertanyaan logis yang digunakan untuk menanyakan pertanyaan tersebut. Contohnya , ingin diketahui nama-nama kota yang ada di salah satu kabupaten. Cara penulisannya adalah “ Kota.obj within Kabupaten.obj And Kabupaten.Kabupaten_Name = “Kod. Bandung”.

MapInfo akan mencari tabel Kota untuk seluruh data agar memnuhi kondisi tesebut dan menyimpan data dalam tabel sementara yang dapat dilihat-lihat. Juga dapat dilakukan fungsi matematik pada tabel tersebut. Contohnya, diinginkan membuat tabel sementara dari seluruh Nama Kabupaten yang ada di Jawa Barat. Dapat digunakan pertanyaan :

· Pertama kali tentukan Select tabelnya = Map_Jabar (misal) dan tentukan field Kab_No , kemudian tentukan ekspresinya sebagai berikut : Kab_No >= 1

Terdapat dua cara untuk membuat ekspresi. Metode pertama yaitu, mengetik pernyataan yang sangat sederhana, metode ini biasanya lebih cepat. Metode kedua yaitu menekan tombol Asssist dalam dialog Select dan membuat pernyataan dengan menggunakan bantuan menu pada Expression Dialog. Metode ini berguna khususnya, apabila ingin membuat pernyataan yang sangat rumit.

Juli 22, 2008

Precautions In Conveying

Juli 18, 2008

Unpacking for Inspection

Engineering preparation

Optimaliasi Jaringan Radio (Radio Network Optimisation)

Apakah pengertian optimalisasi jaringan radio :
- Meningkatkan kapasitas, kualitas dan performa infrakstruktur jaringan tersebut
Kenapa harus dilakukan Optimalisasi :
- adanya daerah yang belum terjangkau layanan jaringan tersebut
- Penurunan performa jaringan karena adanya interferensi
- Salah prediksi penyebaran pelanggan pada saat desain jaringan
- Pertumbuhan pelanggan yang tidak terduga
- sedang melakukan pelebaran atau expansi jaringan
- Sudah terbatasnya atau limit sumber frekuensi
- Permintaan Layanan pengguna mobile

Tujuan dari Optimalisasi jaringan :

1. Meningkatakan Kualitas Jaringan (Speech quality, Call succes rate, Call Setup time)
2. Meningkatkan Kemampuan Jaringan (Service area, Radio Coverage)
3. Melakukan perawatan peralatan yang berguna agar pelanggan tidak lari.

Kegunaan Optimalisasi Jaringan bagi Pelanggan :

1. Pemberdayaan sistem dan peralatan secara optimal
2. Meminimalkan biaya perbaikan
3. Mengurangi komplain dari pelanggan
4. Mengoptimalkan kepuasan pelanggan

Yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan dan kita selangkah lebih maju dibanding para pesaing.

Hubungan perencanaan jaringan dengan optimalisasi jaringan adalah:

Melalui Perencanaan jaringan yang bagus dari awal akan mengurangi usaha optimalisasi secara signifikan.Perencanaan jaringan yang buruk akan mengakibatkan sulitnya optimalisasi dan perencanaan ulang jaringan.Hubungan antara kedua activitas tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Masalah yang sering dihadapi dalam Optimalisasi adalah
- no coverage
- interferensi
- blocking
- tidak bekerjanya handover
- kerusakn hardware dan software

Proses kerja yang terkait dari optimalisasi jaringan radio dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

.Tuning Proses (Proses Penyelarasan)
- Drive test
- Penyesuaian Parameter jaringan
.Acceptance Test (test penerimaan )
.Ongoing Optimisation
-pengulangan control kualitas dan pematangan jaringan.

Tuning

Tujuan :
- Memverifikasi konfigurasi jaringan apakah sesuai dengan perencanaan
- mengidentifikasi dan memperbaiki kerusakan (HW/SW) dan kesalahan instalasi
- Memastikan jaringan siap untuk dilakukan acceptance test.

Tipe Test yang dilakukan selama tuning (penyetelan/penyelarasan):
-drive test yang berkesinambungan
->melakukan test panggilan kemudian berkeliling untuk mendeteksi kekurangan coverage
kesalahan handover,interferensi dan lain-lain
-Spot Test (test titik-titik tertentu)
->melakukan pengukuran secara detail pada kasus yang spesifik pada titi-titik tertentu
agar dapat dianalisa dengan baik kesalahan yang terjadi pada titik tersebut.

Measurement Analysis
- Pengecekan instalasi antena
->tinggi, orientation, tilt pengaturan arah antena
- Pengecekan fungsi dan parameter dasar sel atau site
. BCCH, BSIC, CI, LAC
. Neighbour List, consistency
. Handover dan parameter kekuatan daya sinyal
. Call Setup pada semua timeslot dan pengecekan kualitas suara
. handover ke sector yang lain atau ke sel tetangga
- Test measurement (TEMS atau lainnya dengan GPS)
. Kekuatan sinyal serta mengecek co-channel dan adjacent interference

Change Request and Action

-SBS System Database
.mengganti atau mengubah BCCH untuk mencegah interferensi
.mengganti Margin handover
.Add Neighbour relations
-Site Hardware
.Antena tilt dan lain sebagainya
-System error
.bugs software
.sinkronisasi transmisi (ADPCM)

Acceptance Test


- Setup test scenario
.semua tujuan, kondisi, peralatan, methodology harus disiapkan
.melakukan definition test (kriteria coverage, area coverage, panggilan sukses)
.melakukan analisa test (untuk mengetahui kriteria penerimaan sinyal)
.hasil test (level sinyal, kualitas sinyal, handover, rata-rata panggilan sukses)

Ongoing Optimising
-berguna untuk meningkatkan performa jaringan setelah dilaunching dan diisi dengan pelanggan


Pre analysis (pengecekan jaringan secara umum)
-mengumpulkan informasi tentang status jaringan
-menentukan fungsi strutur jaringan (lokasi BTS/BSC, arah direction antena, layanan dan features yang digunakan)
-menentukan konfigurasi elemen jaringan (jumlah TRX per sel, konfigurasi sektoral atau omni)
-mengunjungi site yang bermasalah jika diperlukan.
-analisa database

Customer Complaint Analysis
-menganalisa masalah yang dihadapi(apakah kualitas suara, tidak dapat melakukan panggilan dan lain-lain)

Collect/Analyse OMC statistik
-pengukuran OMC contoh:
.penanganan traffic(kongesti pada TCH, SDCCH)
.drop call
.interferensi
.alasan handover (Uplink_QUAL,Powerbudget, jarak...)

Collect/Analyse Drive Text Measurement
-Tipe test
.continuos drive test(Trace mode)
.Spot test
.network performance test (statistikal mode)
-Tes Pengukuran
.mengumpulkan data laporan variabel-variabel MS (downlink only) seperti :
. level layanan sinyal
. BER (Rxqual)
. CI dan LAI
. Timing Advance
. Layer 3 messages
. BSICs
. level sinyal dan daya sinyal sel tetangga

IMPLEMENT CHANGES
-Perubahan yang berkaitan dengan parameter database
-Tindakan yang berkaitan dengan hardware site

Test Mobile ada beberapa jenis dan variasi metodenya.
Modenya seperti :
-Repeated call setups
-continous call
-scanning mode
.pengecekan untuk pemilikan spektrum
.pengecekan untuk BCCH dengan tanpa adanya hubungan neighbour.

Juli 17, 2008

Instalation Flow

TRAFFIK PADA CDMA

Terdapat dua skenario blocking pada base station CDMA :
- Jika terdapat banyak kanal pada base station, namun karena terdapat banyak pengguna pada cell yang sama, penambahan level interferensi mengakibatkan interferensi berada diatas threshold. Panggilan akan ditolak, dan hal ini disebut skenario soft blocking.

- Jika panggilan mungkin memiliki kualitas yang baik tetapi tidak terdapat kanal pada base station. Panggilan ditolak dan hal ini disebut skenario hard blocking

Beberapa asumsi yang digunakan pada soft blocking :

1. Jumlah user M konstan
2. Kontrol daya sempurna
3. Setiap pengguna memiliki E/I yang sama

Interferensi total soft blocking :

Itotal = MEbR (1 + η) + N

dimana :
M = jumlah pengguna dalam sel
Eb = energi per bit
R = data rate base band
N = thermal noise
η = loading factor

Kondisi agar tidak terjadi soft blocking adalah (Itotal ≥ MEbR (1 + η) + N)Dan

r = N / I total


Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan Trafik CDMA

1. BHCA per Subscriber (Call/BH/subs)
2. Call Holding Time per Subscriber (second)
3. Average Throughput per Subscriber at Busy Hour (kbytes/BH/subs)
4. Voice Activity secara umum :voice = 0,4 dan data= 1

Penetrasi Layanan


Kebutuhan Trafik Suara

Untuk menghitung kebutuhan trafik bagi setiap pelanggan akan layanan suara digunakan rumus :


Dimana :
. BHCA = rata-rata usaha yang dilakukan oleh pelanggan untuk melakukan panggilan selama jam sibuk (call/BH/subs)
. Call duration = rata-rata lamanya sebuah panggilan (second)
. Activity Factor = rata-rata waktu efektif yang digunakan untuk melakukan suatu pembicaraan.

Offered Traffic seluruh net user layanan suara n ( ∑ A) adalah :
∑ A = ∑ p x Asubs
∑ p = jumlah pengguna pada area layanan
Offered traffic voice = n kanal x 9,6 kbps/kanal

Kebutuhan Traffic Data

∑ Offered Trafficdata =

Sehingga Total Offered Traffic CDMA

Total Offfered Traffic = Offered Trafficdata real + Offered Trafficvoice

Offered Traffic data real = ∑ Offered traffic data + (B x ∑ Offered Traffic data)
B = Blocking

Perhitungan Total Offered Traffic per Site


Dengan data rate 9,6 kbps/kanal, maka offered traffic yang dapat diakomodasi oleh satu frekuensi pembawa dalam satu sektor adalah :

Total Offered Trafficsektor = N x Data rate (bps/sector)

Jika dalam perencanaan ini digunakan sistem antena three sectoral dengan sectot gain sebesar 2,64 , maka total offered traffic per site adalah :

Total Offered Trafficsite = Total Offered Trafficsector x 2,64 (bps/site)

Juli 16, 2008

HP dan PDA dari Indonesia yang compatible untuk operator di Jepang

HP dan PDA apa saja dari Indonesia yang compatible untuk operator di Jepang. Menurut pengalaman saya selama 2 tahun di negeri sakura tersebut operator di sana khususnya yang GSM, ada 2 operator besar yang bisa diandalkan, yakni NTT DoCoMo dan Vodafone. Keduanya pun sudah menjalin kerjasama dengan operator di Indonesia seperti Indosat dan Telkomsel.Sementara perangkat ponsel dan PDA apa saja yang bisa digunakan di sana, untuk amannya ada baiknya kita menggunakan ponsel yang memiliki 3 jaringan yakni GSM 900/1800/1900 mHz. Kalau perangkat ponsel yang kita miliki berjaringan triple band tersebut, maka bisa dipastikan peranti itu bisa digunakan di Jepang.

HP 2116 sebagai modem internet tidak bisa konek

Problem yang sering dihadapi dan kerap terjadi pada koneksi 2116 sebagai modem adalah tidak bisa konek dan selalu muncul panggilan data berakhir pada layar HP, padahal sudah terinstall degan baik. Untuk mengatasinya coba kita lakukan restart ulang PC atau notebook yang digunakan.

Oh ya, satu tips untuk koneksi menggunakan ponsel ke PC, saat selesai koneksi, jangan sekali-sekali mencabut begitu saja hubungan ponsel dan PC tanpa kita perintah langsung lewat PC. Kondisinya seperti saat kita hendak melepas flash disk atau pun hardisk eksternal.Mesti ada perintah exit atau eject. Kadang mencabut secara sembarang koneksi antar kedua perangkat akan menimbulkan masalah saat melakukan koneksi di lain waktu.

Ponsel HSDPA Terbaik

Sampai saat ini ponsel berbasis HSDPA masih tergolong mahal.Rata-rata ponsel dengan basis 3,5G itu dibandrol dengan harga di atas 3,5 jutaan.

Kalau ditanya ponsel HSDPA mana yang lebih baik, sampai saat ini, sejauh yang saya uji coba, semua ponsel HSDPA tergolong baik. Hanya saja mesti dilihat kelengkapan fiturnya dan disesuaikan dengan kebutuhan kita. Misalkan Anda butuh kamera dan ingin mendengarkan musik, artinya Anda mesti mencari ponsel HSDPA yang berkamera dan berfitur pemutar musik.

Saran saya untuk Anda yang bermukim di pedalaman, ada baiknya cari informasi dulu sebelum menggunakan ponsel HSDPA, apakah jaringan HSDPA sudah beroperasi di tempat tinggal Anda.

Sedangkan untuk koneksi dengan EDGE tidak mesti tergantung dengan sinyal 3G. Karena EDGE masih masuk tataran teknologi generasi 2,5 alias 2,5G yang merupakan kelanjutan GPRS.

Setting GPRS dan MMS jempol di Nokia 5200

Coba lakukan setting OTA lewat SMS. Kalau masih juga tidak bisa, Anda bisa melakukan setting manual.
Berikut proses setting GPRS dan MMS Jempol di Nokia 5200 :

Setting OTA via SMS ;
Ketik SMS dengan isi : GPRS[spasi][spasi] Kirim ke 9667
Ketik SMS dengan isi : MMS[spasi][spasi] Kirin ke 9667

CARA MANUAL :

GPRS
Connection Name: XL-GPRS
Data Bearer: GPRS
Access Point Name: www.xlgprs.net
Username: xlgprs
Prompt Password: No
Password: proxl
Authentication: Normal
Homepage: http://wap.lifeinhand.com
Connection Security: Off
Session Mode: Permanent
IP Address: Automatic
Proxy Server Address: 202.152.240.050
Proxy Port Number: 8080

MMS
Connection Name: XL-MMS
Data Bearer: GPRS
Access Point Name: www.xlmms.net
Username: xlgprs
Prompt Password: No
Password: proxl
Authentication: Normal
Homepage: http://mmc.xl.net.id/servlets/mms
Connection Security: Off
Session Mode: Permanent
IP Address: Automatic
Proxy Server Address: 202.152.240.050
Proxy Port Number: 8080

Mengaktifkan HSDPA di LG Viewty

HSDPA merupakan teknologi generasi 3,5 yakni teknologi akses data berkecepatan tinggi setelah 3G. Untuk proses setting nya kita cukup mengirim SMS berisi 3G ke nomor 3636.
Setelah itu kita tunggu konfirmasi dari operator Telkomsel. Nah, bila di tempat Anda mengaktifkan ponsel ada jaringan HSDPA, maka otomatis saat Anda berselancar ke dunia maya, jaringan tersebut akan beroperasi dengan lambang 3,5 G.Sedangkan untuk operator lain, selain Telkomsel Anda tidak perlu melakukan aktivasi seperti tadi.Sementara kalau setting GPRS banyak parameter yang harus kita penuhi. Mengisi parameter tersebut bisa menggunakan cara otomatis (OTA) atau cara manual.

Setting Modem Nokia 6255 Pake Flexi

Terlebih dahulu kita mesti melakukan instal driverNokia 6255ke dalam PC. Setelah itu kita bisa melakukan setting sebagai berikut :
Pada Komputer, masuk ke control panel, kemudian pilih "phone and modem option"
Setelah itu akan keluar kotak dialog yang meminta Anda untuk memasukkan data mengenai informasi lokasi, misal Indonesia. Code pilih angka 1.
Pilih tab modems dan pilih modem yang akan Anda gunakan. Bila proses instal kabel DKU 5 berjalan benar, maka ponsel akan terdeteksi.
Selanjutnya pilih advanced, dan isikan commands sebagai berikut : at+crm=1;+cs0=33 setelah itu klik ok.
kemudian kembali ke control panel tadi, lalu pilih network connections, dan pilih create new connections, dan akan muncul wizard untuk pemgaturan koneksi internet.
Pilih connect to the internet, lalu next. Pilih set up my connections manually, dan next.
Pilih connect using a dial up modem, lalu next dan pilih modem yang Anda akan gunakan.
Masukkan ISP name sebagai berikut :
nomor akses : #77
user name : telkomnet@flexi
password : flexi
APN : -
Koneksi selesai dan klik finish.
Selamat mencoba.

Setting Modem Nokia 5310 Operator Simpati

Untuk menjadikan Nokia 5310 sebagai modem, kita bisa menggunakan berbagai perantara koneksi baik bluetooth, infrared, kabel data dan lain sebagainya. Namun apapun perantara yang Anda gunakan tidak begitu bermasalah. Masing-masing perantara memiliki driver agar perangkat komputer bisa membaca ponsel dan terhubung dengan mudah.

Setelah ponsel terhubung, kita bisa masuk langsung ke control panel lalu cari icon "phone and modem options". Kemudian muncul kotak dialog yang meminta Anda untuk memasukkan data mengenai informasi lokasi, misal Indonesia dan lainnya.

Pilih tab modems dan pilih modem yang kita gunakan. Biasanya kalau instalasi driver berjalan baik, nama ponsel akan muncul di antara modem yang ada. Setelah memilih modem yang diinginkan (Nokia), Anda bisa pilih tombol properties.

Pilih Advanced, lalu isikan commands seperti ini : AT+CGDCONT=1,"IP",Telkomsel" lalu klik OK.
Kemudian klik icon network connections pada control panel. Anda bisa langsung memilih create a new connection, lalu klik next.
Pilih connect to the Internet, lalu next.
Pilih Setup my connection manually, lalu klik next.
Pilih connect using a dial-up modem, lalu klik next.
Pilih modem yang digunakan (Nokia).
Masukkan ISP name, misal Telkomsel.
Isikan nomor akses untuk Simpati yakni *99***1#
Isikan parameter username dan password SImpati, yakni : wap dan wap123
lalu klik finish.
Anda bisa melakukan koneksi dial up dengan modem ini.

Selamat berselancar.

Migrasi StarOne dan Flexi ke Pasca Bayar

Kita mesti mengunjungi Galeri Indosat dan Plaza Telkom terdekat untuk mendaftar layanan pasca bayar. Beberapa dokumen yang mesti disiapkan antara lain foto copy KTP, kartu keluarga, dan bila ada foto copy rekening listrik atau telepon.

Kecepatan Download IM3 Tidak Stabil

Koneksi internet lewat lewat jalur ponsel tergantung dari jaringan yang ada. Memang benar ponsel Anda sudah berbasis 3G. Namun apakah jaringan operator yang kita gunakan khususnya layanan 3G sudah sangat bagus ditangkap? Kalau benar-benar sinyal 3G sudah diperoleh mestinya kecepatan akses datanya akan jauh lebih cepat. Bukti bahwa koneksi 3G sudah di dapat adalah di bagian atas tepatnya di penunjuk sinyal, tertulis 3G. Kalau yang muncul hanya G saja, artinya akses data yang ada hanya lewat jalur GPRS. Akses data GPRS kecepatannya tergantung dari jaringan yang diperoleh pula. Jadi bisa jadi kecepatan akses data yang kita alami memang benar hanya sebatas 10 kbps, karena menggunakan GPRS dan bersinyal lemah pula.

Siaran TV Nokia N92

Teknologi siaran TV yang ada di seri N95 bukanlah siaran TV tuner sebagaimana yang saat ini lagi trend pada ponsel-ponsel pendatang baru asal China. Nokia N93 menggunakan teknologi siaran TV DVB-H. Untuk siaran TV ini belum beroperasi di Indonesia. Meski dulu sempat diuji coba, tapi akhirnya dilarang oleh pemerintah karena mengganggu siaran dari sebuah stasiun televisi di Tanah Air. Saat ini belum keluar ijin siaran TV tersebut.

Setting GPRS K610i untuk telkomsel

Coba Anda cek settingan GPRS yang ada di pengaturan web. Anda bisa melakukan setting otomatis melalui SMS, dan juga secara manual. Berikut cara setting GPRS di Sony Ericsson K610i :

Cara Otomatis :
Kirim SMS ke 6616
Ketik : GPRS[spasi]nomor ICCID (Integrated Circuit Card Identification) di belakang sim card Anda
Contoh : GPRS 6210001234567890
Keterangan : Dikenakan tarif Rp 350 sekali kirim

Tunggu beberapa saat, anda akan menerima konfirmasi sms bahwa aplikasi gprs anda sedang diproses.

Cara Manual :
- Connection Name : APN Telkomsel
- Data Bearer : GPRS
- Access Point Name : telkomsel
- Username : wap
- Prompt Password : No
- Password : wap123
- Authentication : Normal
- Gateway IP address : 10.1.89.130
- Homepage : http://wap.telkomsel.com
- Connection Security : Off
- Session Mode : Permanent

install pocket Quran untuk HP LG KG200

Cara menginstal aplikasi tersebut ke ponsel bisa menggunakan kabel data, karena ponsel ini tidak dibekali oleh infrared dan juga bluetooth.

Anda bisa memindahkan aplikasi itu ke folder yang Anda inginkan. Anda bisa membukanya dan langsung menginstalnya. Dalam proses instalasi akan muncul penawaran akan diinstal di manakah aplikasi ini, memori ponsel atau memori card? Anda bisa memilih memori card.

Proses pemindahan aplikasi ini ke ponsel bisa juga dilakukan lewat card reader (memori card). Sebagaimana layaknya flash disk, Anda bisa menyimpan aplikasi ini ke folder yang Anda tentukan sendiri. kemudian Anda bisa membukanya di ponsel lalu menginstalnya.

Setting GPRS Mentari Nokia 5200

Coba kita masuk ke menu web. Lalu ==>setting ==> Connection settings ==> edit active service settings ==> setting name (Indosat GPRS), lalu Anda bisa mengikuti step selanjutnya seperti di bawah ini :

Setting GPRS
Profile Name : INDOSATGPRS
Homepage URL : http://wap.klub-mentari.com
IP Address : 10.19.19.19
Bearer : GPRS
User Name : indosat
Password : indosat
APN : indosatgprs

Setting GPRS Mentari LG KG320

Caranya dengan melakukan setting OTA alias otomatis. Dengan mengirim SMS ke sebuah nomor tertentu, ponsel Anda sudah otomatis tersetting GPRS-nya, tak perlu pengaturan manual. Sayangnya ada beberapa tipe dan jenis ponsel yang tidak didukung oleh setting OTA tersebut, seperti ponsel milik adik Anda LG KG 320.
Coba lakukan seting manual dengan cara :
Masuk ke menu web. Lalu ==>setting ==> Connection settings ==> edit active service settings ==> setting name (Indosat GPRS), lalu Anda bisa mengikuti step selanjutnya seperti di bawah ini :

Setting GPRS
Profile Name : INDOSATGPRS
Homepage URL : http://wap.klub-mentari.com
IP Address : 10.19.19.19
Bearer : GPRS
User Name : indosat
Password : indosat
APN : indosatgprs

Keamanan Jaringan UMTS

Fungsi keamanan dalam jaringan UMTS lebih difokuskan terhadap suatu jaminan bahwa data-data yang ditransmisikan terbebas dari segala penyadapan dan benar-banar tiba kepada pihak yang berhak atas data tersebut, tanpa terjadi suatu kesalahan penyampaian data. Untuk kepentingan itu maka jaringan sistem UMTS harus benar-benar mengenali otentikasi dari setiap pelanggannya, sehingga dengan demikian tidak akan terjadi kesalahan dalam pengiriman suatu data. Fungsi keamanan dalam jaringan UMTS banyak mengadopsi sistem keamanan yang diimplementasikan dalam jaringan GSM. Jaringan UMTS mempunyai cakupan layanan yang lebih luas dibandingkan GSM dan juga memiliki struktur jaringan yang lebih kompleks maka berbagai fungsi-fungsi keamanan yang diadopsi dari jaringan GSM tidak cukup, perlu untuk ditambahkan fungsi-fungsi keamanan lainnya. Sebagai contoh, pada jaringan layanan UMTS ditambahakan suatu algoritma enkripsi yang lebih kompleks dan sempurna pada interface yang menghubungkan antara node B menuju RNC. Dengan adanya algoritma tersebut maka kerahasiaan dari pelanggan akan lebih terjamin.

Ada empat bagian yang utama dari fungsi-fungsi keamanan yang diadopsi dari jaringan GSM untuk diimplementasikan dalam jaringan UMTS. Keempat elemen fungsi keamanan tersebut meliputi:

a) Otentikasi dari para pelanggan
b) Kerahasiaan identitas dari para pelenggan
c) Penggunaan subscriber identity module (SIM) yang mempunyai sifat removable dari hardware yang dipergunakan pengguna.
d) Enkripsi dari interface radio

Sedangkan feature-feature yang ditambahakan dalam keamanan jaringan layanan UMTS adalah:

a) Fungsi keamanan yang bersifat melawan penggunaan base station yang salah beserta dengan proses otentikasinya.
b) Penggunaan algoritma enkripsi secara khusus pada interface yang menghubungkan antara node B dengan RNC.
c) Keamanan data pada jaringan akan dilindungi dengan mengaplikasikan tempat penyimpanan data / data storages dan juga sewaktu mentransmisikan chippering keys dan otentikasi data didalam sistem.
d) Adanya suatu mekanisme yang diterapkan guna keperluan dalam mengupgrade feature-feature fungsi keamanan. Trafik jaringan inti antara sesama RNC atau MSC tidak diterapkan fungsi pengacakan, karena sistem itu didesain dengan kapabilitas penangkapan yang hanya bisa dilakukan oleh masing-masing pemilik jaringan yang sah, desain ini juga diterapkan dalam mengakses call data record (CDR). Dengan demikian masingmasing switch secara otomatis akan memiliki keamanan sendiri dalam menghadapi
akses-akses yang tidak berhak. Elemen kemanan dalam spesifikasi UMTS dibagi menjadi lima bagian utama. Kelima bagian tersebut adalah:

a) Network access security.
Satu set feature yang menyediakan jaminan keamanan kepada pengguna dalam mengakses layanan-layanan dengan cara memberikan proteksi kepada jalur komunikasi, yang dalam hal ini adalah radio access link.

b) Network domain security
Satu set feature yang memberikan jaminan kepada node-node dalam suatu provider dalam mempertukarkan sinyal-sinyal data secara aman, dengan cara melakukan proteksi terhadap path-path komunikasi yang dipergunakan dalam jaringan tersebut.

c) User domain security
Satu set feature yang memberikan jaminan keamanan dalam melakukan akses antara mobile station.

d) Application domain security
Satu set feature yang memberikan jaminan terhadap aplikasi dari pengguna dan dari domain provider untuk saling mempertukarkan pesan secara aman.

e) Visibility and confidentiality of security
Satu set feature yang memberikan jaminan kepada pengguna dalam melaporkan kondisinya apakah feature keamanan diaktifkan ataukah tidak. Spesifikasi UMTS juga memiliki feature penjaminan kerahasiaan identitas dari pengguna yang meliputi tiga bagian utama, yaitu:

a) User identity confidentiality
IMSI dari suatu pengguna yang akan menunjukan kepada siapa suatu layanan akan dikirim dijamin kerahasiaanya sehingga dapat menghindarkan dari segala upaya penyadapan.
b) User location confidentiality
Kehadiran atau kedatangan suatu pengguna dalam suatu area tertentu tidak dapat ditentukan oleh para penyadap dari radio access link.
c) User untraceability
Para pengacau tidak dapat memastikan apakah layanan yang dikirim kepada suatu pengguna benar-benar pesan yang otentik atau hanya sekedar pesan lain
yang bersifat menipu.

Alokasi Kanal Frekuensi UMTS

Alokasi kanal frekuensi dari IMT2000 didasarkan pada pembagian frekuensi yang dilakukan WARC. Alokasi band 1885 MHz - 2025 MHz dan 2110 MHz – 2200 MHz dimaksudkan untuk mengimplementasikan IMT –2000, sehingga untuk rentang frekuensi tersebut akan dihindarkan dari pemakaian atau penggunaan layananlayanan lain.

UMTS termasuk dalam suatu sistem telekomunikasi yang sedang dikembangkan dalam kerangka IMT-2000. Alokasi frekuensi dari UMTS sendiri dibagi manjadi dua bagian berdasarkan mode pengoperasian metode duplex- nya, dan alokasi untuk penggunaan satelit baik pengunaan frekuensi uplink maupun frekuensi downlink sudah tersedia meskipun mungkin belum digunakan. Alokasi frekuensi dari UMTS adalah sebagai berikut:

a) Band frekuensi antara 1920 MHz– 1980 MHz dan antara 2110 MHZ-2170 MHz digunakan untuk UMTS dengan metode duplex FDD dengan sepasang/ paired frekuensi yang akan digunakan untuk uplink dan downlink. Suatu operator membutuhkan antara tiga sampai empat channel agar dapat menyediakan suatu kecepatan yang tinggi didalam suatu jaringan dengan kapasitas yang tinggi pula. Channel-channel tersebut dapat berukuran 2x15 MHz atau 2x20 MHz. Besar dari channel spacing ditetapkan sebesar 5 MHz.

b) Band frekuensi antara 1900 MHz – 1920 MHz dan antara 2010 MHz-2025 MHz digunakan untuk UMTS dengan metode TDD. Besar dari channel spacing sebesar 5 MHz. Karena menggunakan metode duplex TDD maka transmiter dan receiver tidak dipisahkan dengan frekuensi, TDD menggunakan unpaired frekuensi.

c) Band frekuensi antara 1980 MHz – 2010 MHz dan antara 2170 MHz-2200
MHz digunakan untuk satelit yang terdiri dari frekuensi uplink dan downlink.

Quality of Service Dalam UMTS.

Dalam perencanaan suatu jaringan, perlu untuk dipertimbangkan perancangan layanan end to end yang matang, dalam arti dimana terminal equipment yang satu dapat berhubungan dengan terminal equipment lainnya dengan melewati beberapa pembawa layanan. Keberhasilan jaringan UMTS dalam melayani para pengguna tergantung dari tingkat kepuasan pengguna. Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna dalam menggunakan jaringan adalah Quality ofService (QoS). QoS tidak ditinjau per elemen jaringan melainkan QoS ditinjau dari sudut jaringan secara keseluruhan.
Untuk merealisasikan jaringan QoS yang handal, yang mampu melayani semua pengguna dengan baik, maka diperlukan pembawa layanan (bearer service) yang menghubungkan setiap terminal yang terdapat dalam suatu jaringan. Masing-masing pembawa layanan mempunyai tanggung jawab, karakteristik, dan fungsi yang spesifik untuk memberikan pelayanan dari sumber ke tujuan dari suatu elemen ke elemen lainnya, yang pada akhirnya nanti akan menghubungkan semua terminal elemen-elemen yang terdapat dalam suatu jaringan. Suatu pembawa layanan akan meliputi semua aspek dari suatu layanan, seperti misalnya kontrol dari sinyal dan juga tranportasi.

Jaringan layanan end to end dalam UMTS didukung oleh tiga pembawa layanan, yaitu :
a) Pelayanan lokal
b) Pelayanan UMTS
c) Pelayanan eksternal

Dalam lapisan kedua arsitektur QoS pembawa layanan UMTS terbentang diantara radio bearer (RAB) service dan core netwiork (CN) bearer service. Pembawa layanan UMTS ini melingkupi antara mobile terminal (MT) sampai dengan core network gateway. Sedangkan RAB sendiri melingkupi layanan antara MT dengan CN edge node, yang dapat berupa MSC atau SGSN. CN bearer service melingkupi segmen jaringan antara CN edge node dan CN gateway node yang dapat berupa gateway MSC (GMSC) atau gateway GSN (GGSN) yang memberikan akses kepada jaringan eksternal. Layanan UMTS terbagi dalam empat kelas QoS. Keempat kelas tersebut mempunyai karakteristik trafik yang berbeda. Keempat kelas layanan tersebut adalah:

a) Conversational class
Karakteristik layanan dari kelas ini adalah mempertahankan hubungan antara pihak-pihak yang berinteraksi, sehingga aliran data dapat disampaikan ke masing-masing pihak yang berkepentingan dalam komunikasi yang terjadi. Kelas ini memiliki toleransi delay yang cukup kecil, yang artinya bahwa kelas ini sangat sensitif terhadap waktu. Sinyal-sinyal yang dikirimkan dari dan ke end to end harus terbebas dari gangguan delay. Layanan ini biasanya merupakan percakapan dari dua belah pihak atau lebih. Contoh layanan yang termasuk kelas ini adalah video conference, suara, dan video telephony.

b) Streaming class
Kelas ini menawarkan berbagai aplikasi untuk men- download berbagai macam multimedia yang berisi audio dan video yang disediakan secara online. Kebanyakan aliran data pada kelas ini bersifat unidirectional, sehingga dapat diterapkan penggunaan buffer yang dapat menampung beberapa informasi yang sering dipanggil oleh kebanyakan pengguna. Dengan adanya penempatan buffer ini maka akan dapat mengurangi delay yang akan terjadi pada saat pengiriman data. Contoh layanan yang ditawarkan oleh kelas ini
adalah streaming video.

c) Interactive class
Kelas ini menawarkan layanan berupa remote access applications dimana pengguna atau suatu mesin dapat mengirimkan permintaan kepada server dan menunggu jawabannya dalam beberapa waktu tertentu. Contoh dari layanan ini adalah web browsing, akses database.

d) Background class
Dalam kategori ini tujuan tidak mengharuskan data tiba dalam waktu yang singkat, pengguna masih dapat mentoleransi sampai dengan beberapa waktu tertentu. Layanan ini berusaha untuk mempertahankan suatu data sampai tiba pada tujuan yang diharapkan. Contoh dari aplikasi layanan ini adalah email , file transfer. Setiap kelas QoS dalam layanan UMTS mempunyai karakteristik penyampaian data yang berbeda-beda.

Sedangkan parameter-parameter QoS yang digunakan untuk menunjukkan kepuasan pengguna jaringan adalah:

a) Availability
Jumlah total waktu suatu sistem yang tersedia bagi para pengguna. Parameter ini diukur dalam satu kurun waktu tertentu, misalnya setahun, dan direpresentasikan dalam persentase.

b) Mean Time Between Failure (MTBF)
Waktu rata-rata sebuah peralatan akan mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya. Karena sebuah sistem terdiri dari banyak peralatan, maka nilai MTBF juga harus diukur sebagai MTBF total. MTBF ini kan berpengaruh terhadap biaya pemeliharaan sistem, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap biaya layanan terhadap pengguna.

c) Realibility
Berkaitan erat dengan performa dari sistem dalam melayani pengguna. Sistem yang ideal harus dapat diandalkan oleh pengguna pada setiap waktu.

d) Transaction Delay
Delay yang terjadi pada saat transfer informasi atau paket data. Delay yang terjadi harus dapat diminimalkan dengan cara menerapkan proses routing data yang tepat.

e) Security
Meliputi keamanan dari virus, penipuan, dan penyadapan. Privasi dan rasa aman dari pengguna dalam menggunakan jaringan harus dapat dijaga. Faktor keamanan dapat ditingkatkan dengan penggunaan password, enkripsi data, firewall, dan software anti virus.

f) Bandwidth
Semakin besar kapasitas bandwidth yang digunakan, maka semakin pendek waktu yang diperlukan untuk mentransfer data atau semakin banyak bit data yang dapat ditransfer untuk setiap detiknya.

g) Information Loss
Jumlah bit data yang hilang pada waktu transmisi. Resiko Information Loss akan tinggi apabila proses transmisi data melibatkan banyak infrastruktur sehingga proses perbaikan data menjadi rumit